Kumpulan puisi bermajas sarkasme untuk para koruptor
Kumpulan puisi bermajas sarkasme untuk para koruptor adalah rangkaian kata-kata puisi tajam untuk para koruptor dan puisi korupsi merajalela dirangkai dengan cerita puisi satire, mendeskripsikan tentang kejengkelan kepada para pelaku korupsi..
Berikut inii adalah masing masing judul puisi sarkasme untuk para koruptor atau contoh satire politik diantaranya:
Tiga puisi bermasja sarkasme dan satire untuk para pelaku korupsi yang berisik kata kata kritik untuk koruptor
Kumpulan contoh puisi mengkritik bermajas sarkasme untuk para koruptor
Bagaimana kata kata sarkasme dalam bait puisi tentang korupsi yang dipublikasikan berkaspuisi.com apakah bercerita seperti puisi sang koruptor atau puisi tentang tikus berdasi ataukah berkisah puisi berantai tentang kritik sosial.
Untuk lebih jelasnya selengkapnya disimak saja dibawah ini agar memahami arti puisi dan maknanya
1. [KAWANAN BABI]Oleh: Panji Bhuana
Aku melihat banyak babi di kubangan berlumpur,
Dan perlahan mendengus menghisap darah yang gembur,
Kawanan babi mengendus dengan perut yang tambur,
Berlarian ke sana kemari pontang-panting simpang siur,
Kepalanya botak liciknya tak terukur,
Main petak umpat dengan para aparatur,
Yang serakah dan tidak pernah bersyukur,
Kerakusan membuatnya gelisah tidak bisa tidur,
Begitu joroknya babi memakan tainya sendiri laksana bubur,
Di tanah becek ia bermain lumpur,
Dan di kandang lusuh nyenyak tertidur,
Suaranya berisik ngorok mendengkur,
Babi-babi membawa cacing-cacing parasit memperpendek umur,
Binatang najis berprimordial leluhur,
Ia berani menyeruduk membuat hancur,
Semua terkapar, luluh lantak hancur lebur,
Babi-babi berinsting lacur,
Hanya menguntungkan diri sendiri sehingga makmur,
Tak peduli banyak yang tersungkur,
Baginya dunia surga sepanjang umur,
Bekasi, 26 Agustus 2020
2. [LINTAH LINTAH]Oleh: Panji Bhuana
Lintah-lintah hidup di rawa-rawa
Menempel berparasit pada daun-daun tanpa jiwa
Berkubang lumpur mengelabuhi mangsa
Menghisap darah hingga gendut tanpa sisa
Bila tertangkap dia ulet tanpa bicara
Melindungi diri dengan kulit daging tebalnya tanpa aksara
Bila dibakar ia tiada daya
Tubuhnya susut sirna tiada sisa
Lintah-lintah bersembunyi di balik rimbunan jelaga
Jangan dekati bila tidak ingin mendapat bahaya
Hisapannya menguras selaksa daya
Membuat perderita lemah di rundung derita
Jangan bermain di rawa-rawa
Kubangan lumpur tempatnya bercengkrama
Harus waspada atas selaksa tipu daya
Agar lintah-lintah tidak menjerat jiwa
Jika lintah-lintah sudah memangsa
Janganlah panik atas derita
Yakinlah bahwa semua urusan dapat diselesaikan dengan tawakkal kepadaNya
Dengan memberi hikmah yang nyata
Bekasi, 27 Agustus 2020
3. [HUMUS YANG SIA-SIA]Oleh: Panji Bhuana
Selaksa kepedihan mengiris jiwa
Semesta di rundung duka
Siapakah mampu hapus jelaga
Bau anyir darah dan luka menganga
Adab beradab terkikis devide et impera
Arah mata angin dalam cuaca
Carut-marut tiada daya
Memaksa kehendak tiada bukti nyata
Apakah akan dibiarkan keadaan seperti ini?
Setiap persoalan tidak ada solusi pasti
Kian terpuruk tak mampu berdiri
Perlahan ambruk membawa sesal di hati
Terkenang sejarah perjuangan
Rasa rindu menggenang air mata berlinang
Susah payah meraih arti kemenangan kemerdekaan
Kini merapuh dalam jejak jiwa-jiwa gamang
Hipokrit, zindik, munafik berkubang dalam lumpur
Selaksa campur tangan memintal hancur
Bila nasi sudah menjadi bubur
Tak perlu tuding menuding siapa lacur
Kembalilah ke langit semua yang berasal dari langit
Kembalilah ke laut semua yang berasal dari laut
Kembalilah ke bumi semua yang berasal dari bumi
Kembalilah ke asal dimana semua yang berasal
Bekasi, 28 Agustus 2020