Puisi Tentang Seorang Perindu
Puisi tentang seorang perindu adalah puisi rindu yang dirangkai dari katakta rindu dan kata cinta dan menceritakan tentang kerinduan.
Puisi seorang perindu yang dipublikasikan berkaspuisi.com terdapat judul puisi tentang rindu yaitu puisi perindu setia dan puisi tuan perindu.
Bagaimana kata kata rindu dan kerinduan dalam bait puisi tentang seorang perindu, apakh berkisah seperti puisi sepi seorang perindu atau syair seorang perindu, untuk lebih jelasnya disimak saja puisi tentang perindu dibawah ini.
Perindu Setia Oleh: Nambo Mudo
Sebelum pagi menyilaukan matanya,
Seekor punguk berkata pada angin malam ;
"Tolong sampaikan rindu dendam ku
dalam syahdu desirmu pada purnama
Agar semua orang tau
akulah perindu yang setia".
Serak Sember desir angin yang parau
Menyanyikan lagu cinta sahabatnya.
Sampai matahari yang belum gosok gigi
Terpingkal-pingkal menahan tawa
Sebab tarian angin yang limbung
Simpang siur di beranda purnama.
Lampu jalan yang buram matanya
Sebab kantuk menunggu malam
Semakin igau dalam kecemburuan
Lantaran punguk tak pernah
Menaruh simpati pada cahayanya
Yang setia menyinari sudut malam.
Aku yang mendengar kisah itu
Dari sudut jauh bintang timur
Malu pada punguk dan lampu jalan
Sebab, aku pernah berjanji pada Ilahi
Untuk jadi perindu yang setia
Nyatanya sajadahku usang
Merindu sujudku yang gamang.
TUAN PERINDU Karya: Samodera Berbisik
Hadirmu menyesapi setiap titik aksara dalam kalimat lara. Alinea-alinea luka selalu tereja, oleh senyum menawan. Kemudian puisi cinta tercipta, untukmu tuan perindu
Malam kelam bertabur bintang, dan rembulan utuh menyempurnakan purnama. Saat aku dan kamu saling menatap dalam diam, aaahhh... jantung berdegup tak beraturan, menggetarkan larik-larik lirik yang berbaris rapi. Berjejer tanpa spasi. Menyatu lupakan koma dan titik. Berdesakan menghimpit puisi sang tuan perindu
Malam, kini begitu rupawan. Menerjemahkan kerinduan mendalam, yang terpendam dalam kawah kebisuan. Tuan perindu, marilah kita tumpahkan lahar membara, dalam pergumulan aksara, agar diksi kita menyemburkan luapan puisi cinta
Akulah bidadari yang sebenarnya engkau cari selama ini, untuk mengandung aksara-aksara cinta, melahirkan bayi-bayi bermata diksi. Merangkai kisah asmara, dalam puisi bermakna untukmu...Tuan Perindu