Puisi Kritik Pemerintah [pincang]
Berikut ini adalah puisi politik dengan judul puisi kritik pemerintah. bagaimana kata kata kritikan terhadap pemerintah dalam bait puisi tentang politik yang diterbitkan blog berkas puisi kali ini.
Apakah sama halnya dengan puisi kritik sosial pendek atau puisi kritik presiden atau tentang puisi kritikan pemimpin, untuk lebih jelas tentang puisi politik kritik pemimpin disimak saja dibawah ini puisinya.
PINCANGOleh : Heru Patria
Pori-pori kulit yang mengucurkan darah
Sebab keringat terkuraslah sudah
Kemakmuran yang didamba sejak dulu kala
Hancur tertindas kepentingan penguasa
Harga sembako yang melambung tinggi
Berpacu dengan biaya sekolah yang tak terkejar lagi
Sementara lapangan kerja masih tanda tanya
Peluang kerja telah dikuasai orang manca
Petani menjerit akibat pupuk langka
Nelayan meratap karena kehilangan jala
PKL menjerit gusar, lapaknya digusur paksa
Aparat tertawa lebar, sombong melangkah dengan gagahnya
Guru tertindas payung hukum tak lagi jelas
Pedagang kecil gulung tikar, komoditi impor merajalela
Mulut rakyat tak bisa berkoar, kritik dianggap makar
Orang kecil menahan lapar, istana berpesta hingar bingar
Tak kau lihatkah burung bangkai yang mengintai
Sembunyi di balik pohon di antara lebatnya daun
Incar tulang iga yang mencuat dalam diri
Kala nasip baik tak berpihak, hanya bisa tertegun
Tanah kerontang sisakan duka panjang
Hutan meranggas hati tertimbun rasa was-was
Longsor menghadang timbun harapan semua orang
Paceklik menghajar, penghuni istana tertidur pulas
Orang negeriku berjalan pincang penuh ragu
Dipaksa lewati samudra luka berair pilu
Meski tertatih bahu ringkih melangkah sedih
Terpaksa hadapi kerasnya hidup berbaur pedih
Mati, matilah saja jika itu bisa akhiri duka
Kubur, kuburlah jiwa berkafan resah mendera
Lewatilah jalan berliku penuh kerikil dan berlubang
Resapi tangis, peluklah luka walau kaki pincang
Pincang kakimu
Pincang hidupmu
Pincang nasipmu
Pincang negaramu
Pincang pula setiap kata yang kueja
Koyak puisiku jadi sajak tanpa makna
Yang diberangus oleh pemegang kuasa
Bela pincangmu, pincang pula pikiranku
Blitar, 7 Nopember 2019