Puisi Untuk Maulid Nabi Besar Muhammad Saw
Puisi untuk Maulid Nabi besar Muhammad Saw dengan judul puisi Kisah Kampung Thaif. Bagaimana cerita puisi dalam bait puisi tentang Maulid Nabi Muhammad Saw yang dipublikasikan blog berkas puisi dikesempatan kali ini.
Untuk lebih jelasnya tentang tentang nabi Muhammad atau puisi maulid nabi muhammad disimak saja berikut ini deretan bait bait puisi islami dalam deretan bait contoh puisi maulid nabi muhammad dibawah ini berjudul Kisah Kampung Thaif
Kisah Kampung ThaifOleh: Muklis Puna
Perjalanan menuju Thaif ditempuh empat kali putaran bumi
Bersama sahabat menyusur kawah berdebu
Busuran api mengupas peluh dari tubuhi -tubuh suci
Perjuangan menuju Thaif menebar perintah Ilahi disambut batu dan kerikil
Ya Rasulullah kekasih Allah...!
Satu purnama Kau dikupas duka di negeri Thaif
Wajah- wajah bebal Kau sapa dalam kasih
Senyum merekah menyulam kasih
Tak peduli Yahudi , Nasrani dan majusi
Sepasang bulan sabit menebar keikhlasan
Perjalanan menuju Thaif menegakkan janjii Ilahi
Setiiap bersua Kau tawarkan nikmat iman menuju syurga
Perjuangan menegakkan La Ilahaillalah tak semulus harapan
Cacian berbalut murka menampar telinga
Suatu pagi....
Ketika ujung kaki mencium tanah Thaif
Seperti kilat disambut petir,
kaum kafir melingkar barisan
Pagar betis melintang langkah,
Dendam diasah tajam merejam
Laksana serdadu beradu mata di Medan laga
Jiwa - jiwa kemarau iman menerjang batas
Tangan menggegam batu dan kerikil
Sorot mata mencari sasaran murka
Rasulullah kekasih Allah dikurung dalam amarah
Batu -batu terbang menghujam wajah suci kekasih Allah
Di tengah amukan bara membakar dendam
Penghulu alam menyulam kata
" Jika kalian menolak, biarkan aku pergi,”
Gayung tak pernah bersambut.
Batu-batu terus melumat tubuh sang Nabi
Mendung meludah batu di langit Thaif
Hari mulai gelap, matahari pulang ke sarang
Bulan bermuram durja, langit seakan runtuh
Rasulullah lolos dari amukan Thaif
Lapar mendera,
Dahaga menguras tenggorokan
Tubuh suci penuh luka
Kepala lebam bersimbah duka
Sedih mengurat cerita
Harapan terpancar di wajah
Hatinya seputih kapas
Dendam digiring ke lembah- lembah
Tiba- tiba Jibril membisikkan penawar duka
"Wahai Rasulullah kekasih Allah!
Seandainya Engkau mau.
Gunung Uhud ini kucampakan di wajah para durjana.
Mendengar bisikan Jibril
Tubuh sang Nabi gemetar, kesedihan mendera
Semangat menebarkan Lailahaillalah membara.
Dengan wajah penuh duka,
Jasad melemah
"Wahai Jibril ...!
Mereka belum tau
Akulah Rasulullah utusan Allah "
Perjalanan menuju Taif penuh lara
Jalan terjal penuh duri telah kau tapaki
Hari ini Kami mengenang kisahmu wahai Rasulullah
Lhokseumawe, 4 Februari 2019