Puisi Tentang Ibu - Oleh Bung Kodrat
Berikut ini adalah puisi tentang Ibu. Bagaimana cerita puisi ibu dan kata kata puisi untuk ibu dalam bait puisi ibu tercinta yang dipublikasikan berkaspuisi.com
Apakah berkisah seperti puisi ibu tercinta atau tentang puisi pengorbanan seorang ibu, untuk lebih jelasnya puisi tentang ibu, disimak saja puisi ibu dibawah ini.
Puisi IbuOleh: Bung Kodrat
Bukan sekadar alkisah
tutur ketentuan Baginda Rasulullah
untuk ibu, diharamkan membalas sepenggal 'ah'
karena ibu, julukan nama yang teramat megah
Kesejukan telaga, jauh sangat kecil sebagai pembanding
tinimbang senyuman bunda yang jujur tersungging
tulus ikhlas dalam rentang membimbing
meniscayakan cahaya kebahagiaan lekat menyanding
Bukan karya dalam jenjang sosial nyata
bahkan bila mana beliau buta tulis maupun baca
sebab sebuah restu tak memandang wanita berstrata
telapak kakinyalah, syarat sarana mencapai surga
Ibu ... bidadari yang tak mengenal imbalan
puluhan bulan dalam lelah pikiran serta badan
mungkin Malaikat pun menangis memikul beban
jika harus menjemput nyawa, tatkala perempuan melahirkan
Jangan melihat pada satu ibu, ibumu
renungi pula ibu ... semua ibu
tiada kepersisan dalam nasib mengarungi waktu
beban yang terpikul, tak sekadar haru bahkan pilu
Juntai rambut memutih tak rapi
kerut yang tak melulu dikuasai oleh umur
warna membedakan tingkatan kasta
kurus menyangga kepala penuh asa
Berangkat ke medan laga
bila keranjang kosong mengantar perjalanan matahari
Ibu itu mungkin tak bersuami
demi kenyamanan perut-perut manja
Berjuang di trotoar tak bertikar
lunglai lelah bagai onggokan tak berpenopang
terpanggang terik, terciprat debu diempas roda
tak jarang dicengkeram kasar, pion-pion berseragam
Sebuah mangga sisa curian kalelawar
remah roti hasil canda pesta ulang tahun
menyapa lapar, usus berebutan
pun air mineral berwarna kecoklatan
seolah kuman lalai mengemban tugas
napas itu tetap memutar arah udara
Senja bosan memayungi layu limbungmu
anjing tersesat tak bernʌfsu mengganggu pendapatanmu, bu!
yang bersandar pada tembok rompal
memandangi koin-koin yang tak seberapa
Dipandangi bayangan, saat pergantian penerang kota
beranjak dalam beban kian berlipat
tak semua tubuh senja, mengurangi gerak saat renta
Terus saja begitu
esok kembali datang
tanpa pernah memiliki peniti emas bagai priyayi
longgar kemben, disesak timbunan kantong plastik
Padahal tanah ini masih beraroma darahnya
dulu bambu runcing menghentak bangkit dari luka
situs bangunan tua masih bersaksi
Ibu, juga pejuang yang terlupakan
Jkt, Dec 21, 2018 BK
Demikianlah tentang Puisi Tentang Ibu baca juga puisi ibu atau puisi puisi ayah dan ibu yang telah dipublikasikan berkaspuisi.com sebelumnya, semoga Puisi Tentang Ibu dapat menginspirasi.