Puisi Kritik Hukum | Larik Untuk Para Pengena Toga
Puisi kritik Hukum atau puisi tentang kritik hukum dengan judul puisi larik untuk para pengena toga, bagaimana kata kata kritikan para pelaku hukum dalam bait puisi kritikan hukum yang dipublikasikan berkas puisi.
Untuk lebih jelasnya puisi hukum dalam bentuk puisi kritikan disimak saja berikut ini deretan bait bait puisi tentang kritikan hukum berjudul puisi larik untuk para pengena toga.
PUISI LARIK UNTUK PARA PENGENA TOGA Oleh: Euis Herni Ismail
Berjubah hitam bersenjata undang undang
Tak ubah sosok dewa saat menjelma dipermukaan bumi
Untuk menegakan keadilan yang beralas hati nurani
Fatwa dari bibir jelmaan aturan yang harus dipatuhi
Nyatanya keder menghadapi para advokat yang bersilat lidah
Untuk menyelamatkan kliennya yang dituduh melakukan korupsi
Tak peduli tanah tempat berpijak sedang bergoyang
Jika pasal ditekuk segalanya dapat dikalkulasi
Pemegang palu sakti mana suara pedasmu ?
Jangan hanya menghukum seperti irama mesin tua
Dengan wajah tenang mengetuk meja bertaplak hijau
Ketika nenek kelaparan pencuri singkong
Tak ragu mendakwa hingga diluar batas kemanusiaan
Sedang untuk wanita elegant dan bertahta
Kau vonis dengan hukuman yang ringan
Tegas suaramu setiap menyebut pasal demi pasal
Dengan raut wajah tanpa dosa seperti sosok batu pualam
Seperti menyaksikan penggalan cerita sandiwara yang terulang
Engkau tulikan hati buta mata nurani
Tak peduli jika telunjukmu banyak yang terluka dan tersiksa
Demi mereka yang kini tertawa terbahak bahak
Engkau sulap ruang tertutup menjadi igauan para pendusta
Ketika sembunyikan serpih dosa dalam lipatan dasi elegan
Membiarkan kejujuran mengelupas saat menjatuhkan vonis
Namun bukan untuk wajah wajah lapar dibalik jeruji besi
➡ Puisi tentang hukum dan keadilan
Demikianlah puisi kritik hukum berjudul puisi larik untuk para pengena toga baca juga Kumpulan Puisi Politik Korupsi Hukum Kritik Terbaik atau puisi singkat tentang hukum yang telah dipublikasikan berkaspuisi.com sebelumnya.
Semoga puisi larik untuk para pengena toga dapat menghibur dan menginspirasi untuk menulis puisi tentang hukum dan peradilan atau puisi tentang hukum yang tidak adil.