Puisi Pemberi Harapan palsu - Oleh Send Riend
Puisi pemberi harapan palsu, bagaimana kata kata kekecewaan dalam puisi tentang harapan palsu yang dipublikasikan berkaspuisi.com untuk lebih jelasnya tentang kata kata puisi harapan dan cerita puisi tentang harapan palsu, disimak saja puisi harapan palsu dibawah ini.
Kau buat tentang kita begini,
diam, bagaikan aku tak berarti.
Aku pasrah,ku telan pahit ini.
Berkali-kali,di kesekian kali.
kusadari Ini salah ku,
Ini keterlanjuran ku,
Mencintaimu dengan sangat,dengan hati ku.
Kau pun rasa getarnya,
Kejujuran kasih ,rasa ku yang nyata.
Namun masih kau menyangkalnya,
Bagimu cintaku,tak berharga.
RESAH
Oleh Send Riend
Aku...
Meresapi sepi...
Keheningan yang merengkuh ku
Di tiap-tiap malam ku...
Sekedar saja...
Sapalah aku...
Wahai cinta...
Jangan memainkan ku...
Dengan irisan-irisan rindu...
Sebab ini...
Menghukum ku...
Gadis...
Andai kau tau...
Di celah-celah hari ku...
Aku...
Memikirkan mu....
DIA
Oleh Send Riend
Kembali ku dibuai oleh resah tak terarah,
Di siangku,hing'ga malam buta.
Aku teringat akan citranya,
Sederhana,namun mempesona.
Apakah ini dosa...?,nalarku berat menjawabnya.
Tentang pikiranku, yang menerka-nerka wajah nya.
Yang kusadari hanya satu,
Mata dibalik hijab itu,Sung'guh meng'getarkan ku.
Puisi Pemberi Harapan PalsuOleh Send Riend
Lagi...Kau buat tentang kita begini,
diam, bagaikan aku tak berarti.
Aku pasrah,ku telan pahit ini.
Berkali-kali,di kesekian kali.
kusadari Ini salah ku,
Ini keterlanjuran ku,
Mencintaimu dengan sangat,dengan hati ku.
Kau pun rasa getarnya,
Kejujuran kasih ,rasa ku yang nyata.
Namun masih kau menyangkalnya,
Bagimu cintaku,tak berharga.
RESAH
Oleh Send Riend
Aku...
Meresapi sepi...
Keheningan yang merengkuh ku
Di tiap-tiap malam ku...
Sekedar saja...
Sapalah aku...
Wahai cinta...
Jangan memainkan ku...
Dengan irisan-irisan rindu...
Sebab ini...
Menghukum ku...
Gadis...
Andai kau tau...
Di celah-celah hari ku...
Aku...
Memikirkan mu....
DIA
Oleh Send Riend
Kembali ku dibuai oleh resah tak terarah,
Di siangku,hing'ga malam buta.
Aku teringat akan citranya,
Sederhana,namun mempesona.
Apakah ini dosa...?,nalarku berat menjawabnya.
Tentang pikiranku, yang menerka-nerka wajah nya.
Yang kusadari hanya satu,
Mata dibalik hijab itu,Sung'guh meng'getarkan ku.