Puisi Gending di Atas Daun, Oleh Srie Astuty Asdi
PUISI GENDING DI ATAS DAUN
Karya : Srie Astuty Asdi
Langit jingga tengah sewarna tubuh api. Gurat daun pun mengering berubah serpih. Retak! Dikutuk angkuh kegamangan senja yang ingar.
Di helai angin, daun itu masih berbincang. Meliuk ikuti arah nelangsa. Pelan ia mengecup bunga pasir. Akhiri gamitan ranting setelah terusir keakuan musim.
Dalam genggam rintih teramat derai. Penggending syair menimang lara. Meminum air mata lalu menggubahnya secawan tinta. Wajah daun itu kembali terbasuh embun, meneteslah renjana.
Ketika berkaca matanya bicara. Ada setangkup kasih bermuara pada binarnya. Selayak menatap harap di separuh jiwamu.
Atas semesta yang renta kemurnian cinta. Akankah rindu bertasbih dalam benak nan jarak, bermadah doa di sepanjang setia?
Engkau, Duhaiku! Adalah kita sepasang cinta. Aku menjadikanmu kiblat, hingga rampai syair berijab dalam lembar sabda-sabda kekasih.
Makassar, 01 Januari 2018
Karya : Srie Astuty Asdi
Langit jingga tengah sewarna tubuh api. Gurat daun pun mengering berubah serpih. Retak! Dikutuk angkuh kegamangan senja yang ingar.
Di helai angin, daun itu masih berbincang. Meliuk ikuti arah nelangsa. Pelan ia mengecup bunga pasir. Akhiri gamitan ranting setelah terusir keakuan musim.
Dalam genggam rintih teramat derai. Penggending syair menimang lara. Meminum air mata lalu menggubahnya secawan tinta. Wajah daun itu kembali terbasuh embun, meneteslah renjana.
Ketika berkaca matanya bicara. Ada setangkup kasih bermuara pada binarnya. Selayak menatap harap di separuh jiwamu.
Atas semesta yang renta kemurnian cinta. Akankah rindu bertasbih dalam benak nan jarak, bermadah doa di sepanjang setia?
Engkau, Duhaiku! Adalah kita sepasang cinta. Aku menjadikanmu kiblat, hingga rampai syair berijab dalam lembar sabda-sabda kekasih.
Makassar, 01 Januari 2018