Puisi Bayang Seutas Bayang, Oleh Adick Putra Basyuni
PUISI BAYANG SEUTAS BAYANG
Oleh: Adick Putra Basyuni
Dalam secarik kisah yang kusuh,
didapati embun merah di dedaunan layu,
entah beribu duri yang memeluk lirih,
cinderamata luka terbungkus kain lara.
Madu yang terlihat menawan,
racunlah yang didapati pula,
sebatas bayang yang terlelap hilang,
bagai angan yang tertinggal dalam buih di lautan.
Sakit begitu sakit menawan sukma,
bagai dibelenggu rantai api dalam lautan bara nestapa,
sebatas bayang yang usang,
hilang berlalu menanggalkan sang jingga.
Dalam sunyiku yang tak pernah pergi,
sepilah yang menimangku di dalam kenestapaanku,
aku terhina di dalam awan hitam yang tercela,
pilu nan lirih yang kian kurasa.
Serang, 16 Februari 2018
Oleh: Adick Putra Basyuni
Dalam secarik kisah yang kusuh,
didapati embun merah di dedaunan layu,
entah beribu duri yang memeluk lirih,
cinderamata luka terbungkus kain lara.
Madu yang terlihat menawan,
racunlah yang didapati pula,
sebatas bayang yang terlelap hilang,
bagai angan yang tertinggal dalam buih di lautan.
Sakit begitu sakit menawan sukma,
bagai dibelenggu rantai api dalam lautan bara nestapa,
sebatas bayang yang usang,
hilang berlalu menanggalkan sang jingga.
Dalam sunyiku yang tak pernah pergi,
sepilah yang menimangku di dalam kenestapaanku,
aku terhina di dalam awan hitam yang tercela,
pilu nan lirih yang kian kurasa.
Serang, 16 Februari 2018